Tahun 2017 ini berbeda dengan tahun2 kemaren. Tahun ini, aku memberanikan diri untuk keluar dari zona amanku yang cuma masak, makan, tidur, masak, makan, tidur. Mulai bulan Januari kemaren aku mulai terima orderan jahitan. Yaaa.. Hanya sebatas untuk teman deket dan tetangga deket doank sih. Kalo untuk umum, takutnya aku yang gak kuat. Ini aja orderan gak habis-habis. Alhamdulillah rejekiii...
Jahit untuk diri sendiri dengan jahit untuk orang lain (dalam arti tailor) tentu saja beda rasa gejolak jiwanya. Yang jelas lebih dag dig dug jahit untuk orang lain lah ya. Banyak yang aku pikirkan.
"Kalo ngukurku salah gimana?"
"Kalo salah motong gimana?"
"Kalo kekecilan gimana?"
"Kalo hasilnya gak sesuai dengan yang mereka harapkan gimana?"
Dan kalo2 yang lain.
Terbiasa hidup yang selalu aman, dan tiba2 dihadirkan tantangan seperti itu, sumpaaahh... ini bikin aku minder, takut, malu, dan baperrr.
Teringat dengan perkataan salah satu guru jahitku, "jahit itu kuncinya rapi dan nyaman dipake. Masalah jahitannya yang mau gimana, bebas". Yaaahh... Anggap saja jahitanku ini jahitan ala2 aku. Ini aja jahitanku masih belum rapih. Masih tahap belajar, tentunya masih buanyak tantangan yang akan kuhadapi SENDIRIAN.
Bermodal ilmu alakadarnya. Kursus menjahit dasar selama sebulan lamanya. Sudah bisa dibayangkan kan ilmuku se'cethek apaan?. Yang aku dapatkan dari kursus hanya rok, blouse, dan babydoll. Untungnya aku punya buku panduan pola menjahit karya Soekarno yang sengaja aku beli di toko buku gramedia. Gak tanggung2, langsung ku beli semua, buku pola dasar, pola terampil, dan pola mahir. Buku ini sangat membantuku dalam membuat pola.
"Kamu berbakat Mithaaaa. Jahitanmu udah lumayan rapih ini. Aku dulu aja gak serapih ini".
Itu adalah kalimat pertama yang dilontarkan senior2ku bahkan guruku saat melihat jahitan pertamaku. Saat itu pertamakalinya aku mengoperasikan mesin jahit. Kalo megang doank mah udah sering. Ibuku bisa menjahit juga, jadi di rumahpun ada mesin jahit.
Entah itu pernyataan untuk memberiku semangat atau memang beneran memuji, yaaa wallahua'lam. Aku anggap sebagai pujian saja ya. Biar hatiku berbunga-bunga. Hihihi.
Pujian itu tidak membuatku berpuas diri. Karena aku masih merasa jahitanku belum rapih. Bahkan sampai sekarangpun belom serapih jahitan yang di butik2 terkenal itu. Yupp... Aku sering membandingkan jahitanku dengan jahitan yang ada di butik2 itu. Butik beneran loh ya. Yang mengutamakan kualitas, bukan sekedar asal jadi doank.
Kurleb 3 bulan aku menjalani status sebagai tukang jahit, banyak cerita yang aku alami. Salah potonglah (ini kesalahan yang sering aku lakuin), kekecilan lah, kebesaranlah, kerah kemeja yang panjang sebelah lah, jahitan yang masih mleyot2lah, kerung lengan yang masih berasa ketarik2 pas dipake. Uuuhh... Banyak deh.. Sampai2 aku harus mengganti kain mereka yang ku rusakin. Untungnya toko kainnya deket ma rumah, jadi alhamdulillah lah ya gampang nyari kain yang sama dan memulai jahit lagi dari awal.
Mungkin kebanyakan orang bakal beranggapan aku rugi banyak karena harus mengganti kain2 mereka yang kurusakin. Bagiku sih nggak. Karena dari kesalahan itu aku mendapatkan banyak ilmu tambahan. Yang awalnya aku salah potong selanjutnya instingku selalu peka kalo aku merasa ada sesuatu yang janggal sebelum potong kain. Yang sebelumnya aku masih bingung bikin pola kerung lengan, setelah mengalami kesalahan akhirnya aku mengerti pola yang lebih nyaman dipakai harus yang gimana. Kerah yang sebelumnya selalu panjang sebelah, sekarang aku sudah sedikit mengerti menjahit kerah kemeja supaya hasilnya seimbang (meskipun sampai sekarang masih belum sempurna sih).
Yang paling bersyukurnya aku adalah mempunyai teman2 yang mensuport kegiatan baru aku ini. Meskipun kain yang mereka beli ada beberapa yang aku rusakin karena kesalahan menjahitku, mereka gak pernah marah sekalipun padaku apalagi menyesal telah jahitin ke aku. Malah mereka menambah pesanan jahitan baru berkali-kali. Thanks guys...
"Bagus mbak bagus. Jahitanmu bagus".
Itu adalah pujian pertamaku. Aku tau dia hanya memberiku semangat dengan mengatakan jahitanku bagus (yaaa begitulah saat aku membaca ekspresi di wajahnya). Aku yakin, dia tau pasti kalo jahitanku masih jelek karena dia sedikit tahu tentang dunia perjahitan. Aku kira dia bakal kapok jahitin ke aku. Ternyata sampai sekarangpun dia masih percaya padaku. Masih menyerahkan kain2nya kepadaku. Masih memberiku semangat untuk terus menjahit..
"Thank you so much mbak Putriii. Kudu sabar ya mbak put menghadapi keluhan-keluhanku. Jangan bosan kalo aku sering "nyampah"". Hehe.
Hampir setiap hari aku berkutat dengan mesin jahit, membuat jari jemariku semakin mahir dan lihai. Ada perubahan dari hasil jahitanku. Alhamdulillah ilmu perjahitanku berkembang. Tetep masih belum puas dengan hasil jahitanku. Aku masih belum sempurna. Masih belum serapih jahitan ala2 butik ituh.
Keep Fighting Mithaaaa...
Aku senang menjadi tukang jahit. Mungkin ada beberapa penjahit yang gak suka dibilang sebagai "tukang jahit". Tapi aku nyaman-nyaman aja dengan sebutan itu. Karena dengan menjadi tukang jahit, aku merasa mempuanyai banyak teman. Lebih bisa menghargai teman karena sebenernya aku tipe manusia yang egois. Sebagai tukang jahit, menjadikanku manusia yang gak merasa sendirian dan kesepian.
"Makasih teman2 yang sudah mengikhlaskan kain2 kalian untuk jadi bahan percobaanku. Kalian luar biasah loh".
Dan teruntuk pak Lelaki surga.. "You are always be the best in my life"..
"Thanks God, you gave me the best life"
0 komentar:
Posting Komentar